Rabu, 20 April 2011

Amel Yang Malang (sambungan akhir)

Namun, bagaimanapun juga, roda kehidupan pasti berputar selama masih ada penyesalan. Akhirnya jalan keluar yang selama ini aku tunggu-tunggu dating menjemputku.ia selamatkan diriku dari musibah ini. Taukah kalian kabar gembira apakah ini? Kabar yang sudah kutunggu sejak pertama kali aku mengenalnya. Masih ku ingat hari itu adalah hari rabu. Ketentuan Allah berlaku bagi suami durjana ini. Ia tewas dalam sebuah kecelakaan. Benar-benar peristiwa yang sangat membahagiakan bagiku. Sampai-sampai hatiku berjingkrak-jingkrak dibuatnya. (Semoga Allah melaknatinya, Ia masukkan syaitan yang satu ini ke dalam jahannam yang paling dalam, Ia jadikkan kuburnya semakin sempit menghimpit sebagai balasan atas perbuatannya). Alhamdulillaaaaaah!...sebuah peristiwa berdarah yang sangat menggembirakan di sepanjang hidupku, dan mungkin juga di sepanjang kehidupan mereka yang suci lagi bersih. Ingin kukatakan dengan penuh kejujuran-demi Allah-itulah detik pertama dahi ini bersujud di atas tanah sebagai tanda syukurku kepada Allah. Itulah shalat pertama yang kulakukan setelah hamper empat tahun lamanya aku tak pernah mendirikannya. Tahu kenapa??? Karena selama empat tahun itu pula ia tak pernah sujud menyembah Allah hingga akhirnya ajal tiba dan memaksanya untuk pergi bersamanya. Mati dengan penuh kemalangan dan jahannam InsyaAllah sudah tidak sabar lagi menantinya di sana. Demikian akhir dari segala penderitaan dan tekanan hidup yang selama ini telah menghimpitku. Aku pun bebas, Alhamdulillah.
Kini, aku tinggal bersama keluargaku. Mereka menganggapku sebagai seorang janda yang telah ditinggal wafat suaminya. Padahal aku adalah seorang janda yang dicerai sejak empat tahun yang lalu. Ya Allah, ampunilah diriku!!! Panasnya siang hanya menambah kepedihan hatiku sementara kedatangan malam hanya sekedar membakar jiwaku jika kuteringat peristiwa masa lalu. Aku ingin melupakannya. Aku memohon supaya Allah mengadzab dan menyiksa semua orang yang selama ini telah menjadi sebab munculnya bencana seperti apa yang telah menimpa diriku-dan insyAllah-Ia akan benar-benar menimpakan adzab itu kepada mereka. Kemalangan yang telah menimpa diriku, memang tidak ada bandingannya. Ya Rabb, ampunilah sisa umurku. Semua ini hanyalah kepiluan hidup yang telah diperbuat oleh tanganku sendiri di masa lalu. Aku tak dapat merasakan ketenangan meskipun kini aku telah berada di tengah mereka dan mereka tidak tahu apa yang telah menimpaku. Walaupun di hadapanku terhampar hidangan yang cukup menggiurkan lidah, namun hati kecilku membisikkan bahwa mereka sebenarnya mengetahui segalanya. Kini aku sudah tak tertarik lagi untuk bersentuhan dengan kata-kata menikah dan perkawinan, tak mungkin lagi rasanya aku bias mencintai lelaki penghianat. Akhirnya keputusan untuk tidak menikah lagi untuk selama-lamanya. Tak perlu maki diriku dengan keputusan ini, karena kalian telah tahu latar belakang semuanya, sekali lagi maafkanlah diriku.
Aku yakin pasti akan banyak pihak yang menentang keputusan ini. Mereka tak lain adalah orang-orang durjana yang apabila berhasil mengendalikan jalan hidup seorang wanita yang bukan mahramnya niscaya mereka akan berubah menjadi sosok manusia buas dan suka berkhianat, setelah sebelumnya mereka adalah sosok-sosok yang jinak dan memukau.
Saudaraku semuanya, kisah ini sengaja kusampaikan agar bias menjadi pelajaran bagi kita semua. Tentu banyak babak dan peristiwa kehidupan yang tidak kusampaikan di sini demi mempersingkat cerita. Jaga pendengaran kalian semua dari hal semacam ini. Jangan sekali-kali kalian bersikap lunak seakan-akan memberikan kesempatan kepadanya. Karena niscaya mereka yang di hatinya terdapat penyakit tidak akan segan-segan untuk melakukan sesuatu setelah itu. Ingatlah bencana itu dimulai dari percakapan ringan. Musibah tersebut diawali dengan kata-kata “halo…hallo…” demikianlah tabiat sebuah bencana, ia akan mengantarkan seseorang kepada bencana-bencana lainnya yang sudah menanti di hadapannya. Semoga Allah tidak membiarkannya terulang kembali. Waspadalah saudariku, semuanya hanya sekedar percakapan. Dan bagi kaum pria, jagalah putrid dan saudara perempuan kalian, karena bagaimana pun wanita akan tetap menjadi wanita, begitu lemah sekali.
Sebagai penutup, kumohon keikhlasan pembaca untuk mau berbaik hati mendoakan agar kiranya Allah berkenan mengampuni semua dosa dan kesalahan yang telah kuperbuat selama ini, dan biarlah Dia menimpakan azab dan siksa-Nya kepada mantan suamiku yang selama ini merupakan biang dari segala-galanya.
Petiklah setiap makna dan pelajaran, wahai orang-orang yang cerdas.
The end…      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar